Saturday, May 21, 2005

terorisme = setanisme

Terorisme atas Nama Agama
Gambar yang berasal dari akhir Abad Pertengahan yang menunjukkan Louis IX bertempur bersama 15.000 tentaranya di tepian Sungai Nil. Akhlaq agama melarang setiap bentuk terorisme, namun demikian, beberapa kelompok teroris mesih saja menyatakan mereka bertindak atas nama agama. Akan tetapi, jika seseorang melihat lebih dekat pada pandangan orang-orang yang melakukan pembantaian atau menggunakan kekerasan sebagai jalannya, jelaslah bahwa mereka adalah orang-orang yang menyimpang. Mereka tidak mengetahui kebenaran agama dan tidak mampu untuk hidup di dalamnya serta mengerti akhlaq agama. Setiap orang yang benar-benar percaya pada keberadaan Allah, yang sungguh-sungguh takut kepada-Nya, dan bersandar pada kitab yang telah diturunkan-Nya, tidak akan pernah sanggup mengambil segala bentuk tindakan yang bisa menyakiti orang-orang yang tak bersalah dan tidak bisa membela diri. Karena itulah, orang yang melaksanakan tindak terorisme dan kekerasan atas nama Islam, tidak bisa dikatakan sebagai kelompok agama.
Pesan sesungguhnya dari sebuah agama atau sistem pemikiran lainnya acapkali diselewengkan oleh mereka yang menamakan diri sebagai pengikutnya, atau ditafsirkan secara keliru. Hal tersebut berlaku untuk Yudaisme maupun Kristen. Para tentara Perang Salib, sebagai contoh, adalah orang-orang Kristen Eropa yang berangkat dari Eropa pada akhir abad ke-11 dengan tujuan membebaskan Tanah Suci. Mereka mungkin berangkat dengan tujuan agama, tapi nyatanya mereka menyebarkan ketakutan dan kebiadaban ke mana pun mereka pergi.
Kebiadaban mereka, yang menyalahtafsirkan agama Kristen, yang merupakan agama cinta kasih dan tentunya tidak memberikan ruang untuk kekerasan, jelas sama sekali tidak ada hubungannya dengan agama sejati sama sekali.Sebagian besar orang yang menggunakan teror atas nama agama merupakan kelompok-kelompok fanatik yang terkait dengan kepercayaan penyembah berhala atau ajaran-ajaran mistik yang baru muncul, yang sama sekali bukan agama wahyu. Kelompok-kelompok ini, terutama di Amerika dan Jepang, melaksanakan tindakan kekerasan yang mengerikan terhadap anggotanya sendiri dan juga orang lain. Termasuk di dalamnya kelompok-kelompok yang membakar diri mereka sampai mati di sebuah tanah pertanian, atau melakukan bunuh diri massal di tempat tidur

minang kabau


Kerajaan Pertama di Gunung Merapi
1. Maharaja yang Bermahkota
Dikatakan pula oleh Tambo, bahwa dalam pelayaran putera-putera RajaIskandar Zulkarnain tiga bersaudara, dekat pulau Sailan mahkota emasmereka jatuh ke dalam laut. Sekalian orang pandai selam telahdiperintahkan untuk mengambilnya. Tetapi tidak berhasil, karena mahkotaitu dipalut oleh ular bidai di dasar laut.Ceti Bilang Pandai memanggil seorang pandai mas. Tukang mas itudiperintahkannya untuk membuat sebuah mahkota yang serupa.Setelah mahkota itu selesai dengan pertolongan sebuah alat yang merekanamakan "camin taruih" untuk dapat menirunya dengan sempurna. Setelahselesai tukang yang membuatnya pun dibunuh, agar rahasia tidakterbongkar dan jangan dapat ditiru lagi.Waktu Sri Maharaja Diraja terbangun, mahkota itu diambilnya dandikenakannya diatas kepalanya. Ketika pangeran yang berdua lagiterbangun bukan main sakit hati mereka melihat mahkota itu sudahdikuasai oleh si bungsu. Maka terjadilah pertengkaran, sehingga akhirnyamereka terpisah.Sri Maharaja Alif meneruskan pelayarannya ke Barat. Ia mendarat di TanahRum, kemudian berkuasa sampai ke Tanah Perancis dan Inggris. SriMaharaja Dipang membelok ke Timur, memerintah negeri Cina danmenaklukkan negeri Jepang.
2. Galundi Nan Baselo
Sri Maharaja Diraja turun sedikit ke bawah dari puncak Gunung Merapimembuat tempat di Galundi Nan Baselo. Lebih ke baruh lagi belum dapatditempuh karena lembah-lembah masih digenangi air, dan kaki bukitditutupi oleh hutan rimba raya yang lebat.Mula-mula dibuatlah beberapa buah taratak. Kemudian diangsur-angsurmembuka tanah untuk dijadikan huma dan ladang. Teratak-teratak itu makinlama makin ramai, lalu tumbuh menjadi dusun, dan Galundi Nan Baselomenjadi ramai.Sri Maharaja Diraja menyuruh membuat sumur untuk masing-masing isterinyamengambil air. Ada sumur yang dibuat ditempat yang banyak agam tumbuhdan pada tempat yang ditumbuhi kumbuh, sejenis tumbuh-tumbuhan untukmembuat tikar, karung, kembut dsb. Ada pula ditempat yang agak datar.Ditengah-tengah daerah itu mengalir sebuah sungai bernama BatangBengkawas. Karena sungai itulah lembah Batang Bengkawas menjadi subursekali.Beratus-ratus tahun kemudian setelah Sri Maharaja Diraja wafat,bertebaranlah anak cucunya kemana-mana, berombongan mencari tanah-tanahbaru untuk dibuka, karena air telah menyusut pula. Dalam tambo dikatakan"Tatkalo bumi barambuang naiak, aia basintak turun".Keturunan Sri Maharaja Diraja dengan "Si Harimau Campa" yang bersumurditumbuhi agam berangkat ke dataran tinggi yang kemudian bernama "LuhakAgam" (luhak = sumur). Disana mereka membuka tanah-tanah baru. Huma danteruka-teruka baru dikerjakan dengan sekuat tenaga. Bandar-bandar untukmengairi sawah-sawah dikerjakan dengan sebaik-baiknya.Keturunan "Kambing Hutan" membuka tanah-tanah baru pula di daerah-daerahGunung Sago, yang kemudian diberi nama "Luhak 50 Koto" (Payakumbuh) dariluhak yang banyak ditumbuhi kumbuh.Keturunan "Anjing yang Mualim" ke Kubang Tigo Baleh (Solok), keturunan"Kucing Siam" ke Candung-Lasi dan anak-anak raja beserta keturunannyadari si Anak Raja bermukim tetap di Luhak Tanah Datar. Lalu mulailahpembangunan semesta membabat hutan belukar, membuka tanah, mencencangmelateh, meneruka, membuat ladang, mendirikan teratak, membangun dusun,koto dan kampung.
3. Kedatangan Sang Sapurba
Tersebutlah kisah seorang raja bernama Sang Sapurba. Di dalam tambodikatakan "Datanglah ruso dari Lauik". Kabarnya dia sangat kaya bergelarRaja Natan Sang Sita Sangkala dari tanah Hindu. Dia mempunyai mahkotaemas yang berumbai-umbai dihiasai dengan mutiara, bertatahkan permataberkilauan dan ratna mutu manikam.Mula-mula ia datang dari tanah Hindu. Ia mendarat di Bukit SiguntangMaha Meru dekat Palembang. Disana dia jadi menantu raja Lebar Daun. Dariperkawinannya di Palembang itu dia memperoleh empat orang anak, dualaki-laki yaitu Sang Nila Utama, Sang Maniaka; dua perempuan yaituCendera Dewi dan Bilal Daun.Pada satu hari Sang Sapurba ingin hendak berlayar menduduki SungaiIndragiri. Setelah lama berlayar, naiklah dia ke darat, akhirnya sampaidi Galundi Nan Baselo. Waktu itu yang berkuasa di Galundi Nan Baseloialah Suri Dirajo, seorang dari keturunan Sri Maharaja Diraja. SuriDiraja tekenal dengan ilmunya yang tinggi, ia bertarak di gua GunungMerapi. Karena ilmunya yang tinggi dan pengetahuannya yang dalam, iajadi raja yang sangat dihormati dan disenangi oleh penduduk Galundi NanBaselo dan di segenap daerah. Ia juga bergelar Sri Maharaja Diraja,gelar yang dijadikan gelar keturunan raja-raja Gunung Merapi.Anak negeri terheran-heran melihat kedatangan Sang Sapurba yang serbamewah dan gagah. Orang banyak menggelarinya "Rusa Emas", karenamahkotanya yang bercabang-cabang. Oleh karena kecerdikan Suri Dirajo,Sang Sapurba dijadikan semenda, dikawinkan dengan adiknya bernama IndoJulito. Sang Sapurba adalah seorang Hindu yang beragama Hindu. Diamenyembah berhala. Lalu diadakan tempat beribadat di suatu tempat.Tempat ini sampai sekarang masih bernama Pariangan (per-Hiyang-an =tempat menyembah Hiyang / Dewa). Dan disitu juga terdapat sebuah candibuatan dari tanah tempat orang-orang Hindu beribadat. Ada juga yangmengatakan tempat itu adalah tempat beriang-riang.
4. Raja yang Hanya Sebagai Lambang
Sang Sapurba lalu dirajakan dengan memangku gelar Sri Maharaja Dirajajuga. Tetapi yang memegang kendali kuasa pemerintahan tetap Suri Dirajosebagai orang tua, sedangkan sang sapurba hanya sebagai lambang.Untuk raja dengan permaisurinya dibuatkan istana "Balairung Panjang"tempatnya juga memerintah. Istana ini konon kabarnya terbuat dari :tonggaknya teras jelatang, perannya akar lundang, disana terdapat tabuhdari batang pulut-pulut dan gendangnya dari batang seleguri, getangnyajangat tuma, mempunyai cenang dan gung, tikar daun hilalang dsb.Karena Pariangan makin lama makin ramai juga Sang Sapurba pindah ketempat yang baru di Batu Gedang. Seorang hulubalang yang diperintahkanmelihat-lihat tanah-tanah baru membawa pedang yang panjang. Banyak orangkampung yang mengikutinya. Mereka menuju ke arah sebelah kananPariangan. Terdapatlah tanah yang baik, lalu dimulai menebangkayu-kayuan dan membuka tanah-tanah baru. Selama bekerja hulubalang itumenyandarkan pedang yang panjang itu pada sebuah batu yang besar. Banyaksekali orang yang pindah ke tempat yang baru itu. Mereka berkampungdisitu, dan kampung baru tempat menyandarkan pedang yang panjang itu,sampai sekarang masih bernama Padang Panjang.Lama kelamaan Padang Panjang itu jadi ramai sekali. Dengan demikianPariangan dengan Padang Panjang menjadi sebuah negeri, negeri pertama diseedaran Gunung Merapi di seluruh Batang Bengkawas, yaitu negeriPariangan Padang Panjang. Untuk kelancaran pemerintahan perlu diangkatorang-orang yang akan memerintah dibawah raja. Lalu bermufakatlah rajadengan orang-orang cerdik pandai. Ditanam dua orang untuk Pariangan dandua orang pula untuk Padang Panjang. Masing-masing diberi pangkat"penghulu" dan bergelar "Datuk". · Dt. Bandaro Kayo dan Dt. SeriMaharajo untuk Pariangan · Dt. Maharajo Basa dan Dt. Sutan Maharajo Basauntuk Padang Panjang. Orang-orang yang berempat itulah yang mula-mulasekali dijadikan penghulu di daerah itu. Untuk rapat dibuat Balai Adat.Itulah balai pertama yang asal sebelum bernama Minangkabau di Pariangan.
5. Sikati Muno
Seorang penjahatyang datang dari negeri seberang tiba pula di daerahitu. Karena tubuhnya yang besar dan tinggi bagai raksasa ia digelariorang naga "Sikati Muno" yang keluar dari kawah Gunung Merapi.Rakyat sangat kepadanya dan didongengkan mereka, bahwa naga itu tubuhnyabesar dan panjangnya ada 60 depa dan kulitnya keras. Ia membawa bencanabesar yang tidak terperikan lagi oleh penduduk. Kerjanya merampok dantelah merusak kampung-kampung dan dusun-dusun. Padi dan sawah diladanghabis dibinasakannya. Orang telah banyak yang dibunuhnya, laki-laki,perempuan dan gadis-gadis dikorbankannya. Keempat penghulu dariPariangan-padang Panjang diutus Suri Drajo menghadap Sang Sapurba diBatu Gedang tentang kekacauan yang ditimbuklan oleh Sikati Muno. Untukmenjaga prestisenya sebagai seorang semenda, Sang Sapurba lalu pergimemerangi Sikati Muno. Pertarungan hebat pun terjadi berhari-harilamanya. Pedang Sang Sapurba sumbing-sumbing sebanyak seratus sembilanpuluh. Akhirnya naga Sikati Muno itu mati dibunuh oleh Sang Sapurbadengan sebilah keris. Keris tersebut dinamakan "Keris Sikati Muno",keris bertuah, tak diujung pangkal mengena, jejak ditikam mati juga.Sejak itu amanlah negeri Pariangan-Padang Panjang, dan semakin lamasemakin bertambah ramai. Oleh sebab itu Sang Sapurba memerintahkan lagimencari tanah-tanah baru. Pada suatu hari raja sendiri pergi keluar,melihat-lihat daerah yang baik dijadikan negeri. Dia berangkatbersama-sama dengan pengiring-pengiringnya. Ia sampai pada suatu tempatmata air yang jernih keluar dari bawah pohon tarab. Sang Sapurbaberpikir, tanah itu tentu akan subur sekali dan baik dijadikan negeri.Lalu diperintahkannyalah membuka tanah-tanah baru ditempat itu. Sampaisekarang tanah itu dinamakan Sungai Tarab. Kemudian hari jaditermasyhur, tempat kedudukan "Pamuncak Koto Piliang" Dt. Bandaharo diSungai Tarab. Selain itu raja menemui pula setangkai kembang teratai didaerah itu, kembang yang jadi pujaan bagi orang-orang Hindu. Rajamenyuruh mendirikan sebuah istana di tempat itu. Setelah istana itu siapraja lalu pindah bertahta dari Pariangan-Padang Panjang ke tempat yangbaru itu, yang kemudian dinamakan negeri Bungo Satangkai, negeri yangkedua sesudah Pariangan-Padang Panjang.
Kerajaan Minangkabau Baru
Pusat kerajaan kembali lagi ke Pariangan Padang Panjang disebut awalmasa kerajaan Minangkabau Baru. Sejak inilah diciptakan dan dikukuhkanaturan adat Minangkabau yang kita amalkan sampai sekarang. Walaupuntelah bergnati musim adat Minangkabau tetap terpakai disebut; Tidaklakang oleh panas, tidak lapuk oleh hujan. Siapapun diantara putra-putriMinangkabau yang dengan sengaja melanggar aturan adat itu, akan tersisihhidupnya dalam keluarga sendiri.Tahun 1127, Sultan Sri Maharaja Diraja menikah dengan puti Indo Jelita,yakni adik kandung dari Datuk Suru Dirajo. Setelah 14 tahun menikah,ternyata belum juga mendapat keturunan. Maka atas sepakat dewankerajaan, Sultan Sri Maharaja Diraja menikah lagi dengan Puti CintoDunia. Setelah dua tahun menikah dengan Puti Cinto Dunia, tidak ada jugatanda-tanda kehamilan Puti tsb. Maka Sultan menikah lagi dengan PutiSedayu.Atas rahmat Tuhan, tahun 1147, lahirlah Sultan Paduko Basa daripermaisuri Puti Indo Jelito, yang kemudian diangkat sebagai RajaMinangkabau, bergelar Datuk Ketemanggungan. Tahun itu juga lahir pulaWarmandewa dari Puti Cinto Dunia, yang kemudian bergelar Datuk BandaharoKayo. Tahun 1148, lahir lagi Reno Shida dari Puti Sedayu, yang kemudianbergelar Datuk Maharajo Basa. Dengan demikian telah 3 orang putra Raja,masing-masing dari tiga orang ibu.Tahun 1149, Sultan sri Maharaja Diraja mangkat dan waktu itu anak rajayang tertua masih berusia 2 tahun. Atas sepakat dewan kerajaan, Ibu SuriPuti Indo Jelito, langsung memegang tampuk kerajaan Minangkabausementara menunggu Sutan Paduko Basa menjadi dewasa. Tugas hariandilaksanakan oleh tiga pendamping raja yakni Datuk Suri Dirajo, CetriBilang Pandai dan Tantejo Gurano.Karena kasih sayang Datuk Suri Puti Indo Jelito menjanda, laludinikahkan dengan Cetri Bilang Pandai. Dari perkawinannya itu melahirkan5 orang anak :
1. Jatang Sutan Balun bergelar Datuk Perpatih Nan Sabatang (lahir 1152)
2. Kalap Dunia bergelar Datuk Suri Maharajo nan Banego-nego (lahir 1154)
3. Puti Reno Judah lahir 1157, kemudian dibawa oleh Datuk Perpatih NanSabatang ke Lima Kaum untuk keturunan kemenakannya nan menjadi penghulu
4. Puti Jamilan lahir 1159, kemudian dibawa Datuk Ketemanggungan keSungai Tarab dan ke Bunga Setangkai untuk keturunannya nanti menjadiraja dan penghulu
5. Mambang Sutan lahir th 1161, setelah berumur 4 th bergelar Datuk SuriDirajo menggantikan gelar mamaknya (abang dari Puti Indo Jelito)Mambang Sutan merupakan kemenakan pertama di Minangkabau yang menerimagelar dari mamaknya. Tahun 1165 yakni sewaktu Sutan Paduko Basa telahberumur 18 tahun, beliau diangkat sebagai penghulu bergelar DatukKetumanggungan, sekalipun menduduki tahta kerajaan Minangkabau,pengganti raja yang telah 16 tahun mengemban tugas dari ibunya Puti IndoJelito. Selain itu, semua anak laki-laki Sultan Sri Maharaja Dirajadinobatkan pula menjadi penghulu.
Tahun 1174 kerajaan Minangkabau baru memperluas daerah adatnya ke SungaiTarab, Lima Kaum dan Padang Panjang. Masing-masing daerah diduduki olehseorang penghulu anak dari tiga orang istri Sultan Sri Maharaja Diraja.Karena kepadatan penduduk daerah Pariangan maka tahun 1186-1192 diadakanperpindahan penduduk, maka terbentuklah Luhak Nan Tigo.Pada masing-masing luhak dibentuk beberapa kelarasan dan pada kelarasandibentuk pula beberapa suku. Adapun suku dalam daerah kerajaanMinangkabau diatur menurut garis keturunan ibu. Siapapun bapak dariseorang anak atau apapun pangkat bapaknya, namun suku anaknya menurutsuku ibunya. Untuk mengukuhkan berdirinya suku, maka harta pusaka darinenek, diwariskan kepada ibun dan dari ibu diwariskan pula kepada anakperempuan. Aturan adat yang demikian disebut Matrilinial. Hanya duadaerah di dunia ini yang memakai aturan Matrilinial. Satu didaerahpedalaman Hindia, asal nenek moyangnya dahulu 2000 tahun sebelum masehi.Dan satu lagi berkembang di Sumbar. Bagi perempuan harta pusaka bukanuntuk kepentingan pribadi, tapi untuk jaminan hidup keturunan suku.Pada tahun 1292, cicit dari Puti Jamilan, bernama Putri Dara Jingga yangpemangku Putri Mahkota, dinikahkan dengan Mahisa Anabrang, Panglimakerajaan Singhasari, keluarga dari Raja Kartanegara. Sebelum menikahterlebih dahulu Mahisa di-islamkan. Tahun 1293 Puti Dara Jingga sedanghamil, pergi mengikuti suaminya pulang ke Singhasari yang dipanggil olehraja Pertama Majapahit (Raden Wijaya). Putri Dara Jingga membawa adikseayah dengannya yaitu Puti Dara Petak untuk pengasuh anaknya yang akanlahir. Beberapa bulan dikerajaan Majapahit yang mengambil alih kerajaanSinghasari itu, lahirlah anak dari Puti Dara Jingga yang diberi namaAdityawarman.Puti Dara Petak, dinikahi oleh Raja Majapahit (Raden Wijaya). Puti DaraPetak berubah nama menjadi Diyan Sri Tribuaneswari. Walaupun telahmenjadi istri Raja Majapahit, Puti Dara Petak tetap mengasuhAdityawarman di kerajaan Majapahit.Karena Datuk Ketumanggungan telah sangat tua, maka tahun 1295, Puti DaraJingga dipanggil pulang ke Minangkabau untuk menjadi Raja di Minangkabaudengan panggilan Bundo Kanduang. Anak Bundo Kanduang yang bernamaAdityawarman tetap tinggal dikerajaan Majapahit, karena Puti Dara Petaktidak mau melepasnya pulang, ingin terus mengasuh anak kakaknya.Setelah Bunda Kandung menjadi Raja Minangkabau, memanglah DatukKetumanggungan mangkat dalam usia 149 tahun dan disusul olehmeninggalnya Datuk Perparih Nan Sebatang dalam usia 146 tahun.Si Kambang Bendahari (dayang-dayang utama dari Bunda Kandung) dinikahkandengan Selamat Panjang Gobang (1292) yakni seorang diplomat utusan darikerajaan Cina (khubilai Khan). Sebelum menikah terlebih dahulu SelamatPanjang Gombak di-Islamkan. Perkawinan itu melahirkan seorang anakbernama Cindur Mato th 1294. Cindur Mato diasuh ilmu perang oleh MahisaAnabrangyang yang teringat akan anak kandungnya Adityawarman jauh diMajapahit. Selain itu Cindur Mato dididik ilmu silat pula oleh ayahkandungnya Selamat Panjang Gombak. Maka menjadilah Cindur Mato seorangpendekar yang tangguh dan Panglima kerajaan Minangkabau yang tiadatandingan dizamannya.Adityawarman sendiri yang Putra Mahkota Kerajaan Minangkabau, dididikilmu perang dan ilmu kerjaan oleh Majapahit. Adityawarman pernah menjadiWirdamatri yang merupakan predikat setaraf dengan Mpu Nala dan MahaPatih. Karena itu Adityawarman salah seorang Tri Tunggal KerajaanMajapahit.Setelah dewasa pulanglah Adityawarman menemui Bundo Kandung dan kawindengan Puti Bungsu (anak mamaknya Rajo Mudo) dari Ranah Sikalawi-TalukKuantan, sebelum menikah Adityawarman yang menganut Budha, terlebihdahulu di-Islamkan.Pada tahun 1347 Adityawarman dinobatkan menjadi Raja Minangkabaubergelar Dang Tuanku (Sutan Rumandung). Pernikahan Adityawarman denganPuti Bungsu melahirkan anak yang bernama Ananggawarman.Gahah Mada pernah marah kepada Adityawarman karena tidak mau taklukkepada Majapahit. Tapi Adityawarman tidak segan kepada Gajah Mada,karena mereka sependidikan. Gajah Mada mencoba menyerang Minangkabaupada th 1348, tapi gagal, malah Adityawarman pernah membantu Majapahitmenaklukkan Bali.Sewaktu Minangkabau dibawah pimpinan Ananggawarman tahun 1375-1417,pertahanan kerajaan Minangkabau telah sangat kuat. Patih Wikrawardhanadikerajaan Majapahit, masih mencoba menyerang kerajaan Minangkabau tahun1409, tapi tetap tidak berhasil. Itu merupakan serangan yang terakhirterhadap Minangkabau.Kalau dizaman Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sabatang,kerajaan Minangkabau terkenal dengan aturan adat dan filsafahnya, makadizaman Bundo Kanduang, Adityawarman dan Ananggawarman kerajaanMinangkabau terkenal dengan keahlian Cindur Mato sebagai panglimaperangnya.Sesudah Ananggawarman tidak terdengar lagi kegiatan Raja Minangkabau,mungkin karena raja dan penghulunya tidak lagi membuat ubahan, baikuntuk kerajaan, maupun untuk rakyat yang memang telah sempurna dibentukoleh cerdik pandai terdahulu.Demikian sempurnanya aturan adat dikerjakan Minangkabau sangat pulamembantu pelaksanaan aturan adat itu, karena adat Minangkabau disusunbersendi syarak (agama Islam) dan syarak bersendi Kitabullah.