Thursday, August 10, 2006

HITAM PUTIH

Kami kita
Angin kesejukan
Pembawa pembawa bencana

Riuh tenang
Badai gelombang
Mawar indah
Berduri tajam

Laksana sebatang aur
Tak kan patah
Walau seridu bayu menghadang

SECARA NYATA

MANUSIA BUKAN MAKLUK INDIVIDU
SECARA NYATA
Manusia melihat, mendengar, merasa, dan mencium untuk mengetahui keadaan lingkungan sekitarnya. Hal tresebut terjadi terus-menerus hingga pada suatu saat yang tidak mereka duga sama sekali. Apa mereka begitu yakin bahwa mereka memegang kendali sepenuhnya, terhadap tubuh mereka sendiri. Walau sehebat apapun manusia itu sendiri, pasti jawabannya tidak.
Hal ini mungkin jarag sekali dibahas atau tidak terlalu menarik untuk dibahas. Manusia umumnya lebih tertarik memikirkan dengan materi yang ada pada lingkungannya, tampa memperhitungkan bagaimana diri mereka sendiri. Apakah yang mereka lihat, dengar, rasa, kecap, dan cium itu nyata. Dan apa mereka bergerak atas kemauan sendiri.
Kemungkinan manusia dapat hidup lebih dari seratus tahun atau lebih, akan tetapi ada berbagai vaktor yang mengakibatkan hal itu mustahil terjadi. Bencana, penyakit, penuaan, dan lain-lain akan terus dijumpai manusia hingga mereka akhirnya tiada. Dari hal tersebut vaktor penuaan lah yang paling menarik, mulai dari rahim ibunya manusia terus tumbuh dan berkembang hingga batas usia tertentu beransur-ansur zat penting tubuh mulai berkurang seperti calsium, zink, dan unsur lainnya, hal ini ditandai dengan mulainya muncul kerutan pada kulit dan menyusutnya kepadatan tulang.
Dalam kehidupan banyak sekali kotak-kotak hitam yang sama sekali tak bisa dibuka oleh manusia. Salah satunya otak manusia itu sendiri, yang selalu berkerja tampa hentinya walaupun kita sedang tidur. Mulai dari lahir otak telah mulai menyesuaikan diri dengan alam sekitar. Segala informasi yang diperoleh dikumpulkan dengan rapi untuk kemudian digunakan untuk menjalankan tubuh manisia itu sendiri. Jadi kitalah yang dikendalikan oleh data-data yang di miliki otak, masih banggakah kita sebagai individual. Semua itu hanyalah semu belaka