Abdullah bin Muhammad adalah Khalifah Ketujuh dari Daulah Umayyah di Andalusia. Ia menjabat khilafah menggantikan saudaranya Mundzir bin Muhammad. Ia memerintah selama 25 tahun. Namun, di masa-masa awal pemerintahannya diwarnai banyak kerusuhan.
Wilayah Lusitania yang telah berhasil diamankan pada masa pemerintahan Mundzir bin Muhammad, bergejolak kembali di bawah pimpinan Muhammad bin Taqut, gubernur Kota Torre er Mosa, yang terletak di sebelah utara Badajoz. Ia berhasil merebut ibukota wilayah Lusitania, Kota Merida.
Sementara itu, Ibnu Marwan al-Ghaliki yang sebelumnya diporak-porandakan oleh pasukan Mundzir, kembali menyusun kekuatan. Ia berhasil merebut berbagai kota dan benteng di wilayah Lusitania. Ghalib bin Umar yang telah menguasai wilayah bagian utara itu menjalin hubungan dengan Dinasti Aghlabiyah di Qairawan. Ia menyatakan tunduk kepada Daulah Abbasiyah yang berpusat di Baghdad.
Ketika Dinasti Aghlabiah ditaklukkan oleh Dinasti Fathimiyah, Ghalib bin Umar segera mendekati Dinasti Fathimiyah. Ia pun menyatakan tunduk di bawah kekuasaan Dinasti beraliran Syiah itu. Lama kelamaan, Ghalib bin Umar berhasil maju masuk ke wilayah Castile hingga Raja Alfonso III dan putranya Don Garcia terus terdesak. Di wilayah Zamora pecahlah peperangan sengit. Ghalib bin Umar dan panglimanya Abul Qasim tewas.
Sementara itu Khalifah Abdullah berhasil mengamankan wilayah barat dan selatan kekuasaannya. Ketika Raja Alfonso III hendak maju ke Toledo dan Navarre serta Aragon, Khalifah Abdullah dan pasukannya maju ke arah utara. Sementara itu ada ketidakpuasan antara Don Garcia terhadap ayahnya. Kemelut pun pecah cukup lama hingga Raja Alfonso III meletakkan jabatannya. Kemelut itu dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Khalifah Abdullah untuk memulihkan daerah itu.
Dalam usia 42 tahun, Khalifah Abdullah meninggal dunia. Masa sepuluh tahun terakhir dari masa jabatannya digunakan untuk memulihkan pembangunan akibat kemelut yang terus terjadi. Kesempatan itu terbuka karena tak ada ancaman dari wilayah Asturia dan Leon. Wilayah itu tengah dilanda kemelut antar ayah dan anak.
Masa pemerintahannya yang berlangsung selama 25 tahun dicatat oleh sejarawan dengan kalimat sirah syaja’atin wa sikha’. Riwayat Hidup yang melukiskan keberanian dan kedermawanan.