Monday, December 18, 2006

isi hati

sebelum ku tulis namamu
ku tak lupa
walau di dimensi yang penuh sembilu
sepi dan hampa

pandangngan dingin menusuk
menatap senyum sinis
menoleh, menjawab ya
o... aku mau masuk
waktuku habis
masuk, merasa kecewa

bersih, putih salju
terurai, hitam legam
menertawakanku
sudut yang kelam

bukan di depan, belakang
bukan di atas, bawah
bukan di kanan, kiri
bukan di puja, bukan itu
bukan karna mu, aku
bukan oleh mu
bukan untuk mu
dari ku

uk paleg isis id
aigahab naka uka
<---------<-+@

Wednesday, November 15, 2006

Mengapa Prancis Sedemikian Khawatir terhadap Agama?

( berasal dari sumber yg dapat dipercaya)
Prancis dan sejumlah negara lain terseret ke dalam perdebatan saat dua murid dikeluarkan dari sekolah karena mengenakan jilbab. Prancis memperluas larangan dan mengusulkan undang-undang yang melarang penggunaan pakaian dan lambang-lambang yang secara terbuka menampilkan jati diri agama. Selain jilbab, undang-undang ini juga berlaku bagi Salib agama Kristen dan topi yarmulke agama Yahudi. Undang-undang ini menyebabkan gelombang kecaman. Negara-negara muslim, Inggris, Amerika Serikat dan Jerman mengutuk undang-undang tersebut dan menekankan bahwa pemberlakuan undang-undang itu dapat menyebabkan ketegangan dan permusuhan di Prancis. Mereka juga menegaskan bahwa undang-undang itu bertentangan dengan kebebasan beragama dan hak asasi manusia. Tapi, sejauh ini, penentangan-penentangan itu tidak membuat pemerintah Prancis menarik keputusannya.
Kita tidak seharusnya menafsirkan apa yang terjadi di Prancis hanya sebagai larangan pada lambang-lambang keagamaan; ketakutan pemerintah Prancis terhadap agama dan ajaran agama berakar sejak dulu kala. Mereka yang sadar akan perkembangan budaya masyarakat serta hubungan antara gereja dan negara di Prancis akan paham bahwa langkah-langkah semacam ini dan perdebatan yang ditimbulkannya sangatlah dikenal dalam masyarakat Prancis. Terlebih lagi, ketakutan ini tidak hanya sebatas terhadap Islam dan Yahudi; kenangan tentang pembunuhan penganut Katolik selama Revolusi Prancis belumlah terhapuskan.
Pola hubungan gereja-negara di Prancis dibentuk melalui pertikaian, kebencian, kemarahan dan pembantaian. Perselisihan ini berawal di abad ke-8 melawan Gereja Katolik dengan tujuan mengurangi pengaruh Gereja terhadap masyarakat. Dapat kita katakan bahwa selama masa ini, masyarakat menjadi terjauhkan dari nilai-nilai ruhani dan agama dan berada di bawah pengaruh filsafat materialis.
Abad Pencerahan: Bagaimana Masyarakat Eropa Menjauh dari Nilai-Nilai Agama
Masa di mana gagasan-gagasan materialis dan evolusionis mendapatkan penerimaan secara luas dalam masyarakat Eropa, berpengaruh dalam menjauhkan masyarakat itu dari agama, dikenal sebagai Pencerahan. Tentu saja, orang-orang yang memilih kata ini (yaitu mereka yang menganggap perubahan pola pemikiran ini secara positif sebagai gerakan menuju cahaya) adalah para pemimpin penyimpangan ini. Mereka menggambarkan masa sebelumnya sebagai “Abad Kegelapan” dan menyalahkan agama sebagai penyebabnya, serta menegaskan bahwa Eropa mengalami pencerahan ketika disekulerkan [dibebaskan dari pengaruh agama] dan menjauhkan diri dari agama. Pandangan yang menyimpang dan tidak benar ini kini masih merupakan satu dari sarana propaganda mereka yang menentang agama.
Benar bahwa agama Kristen Abad Pertengahan sebagiannya “gelap” akibat takhayul dan sikap taklid buta, dan kebanyakan hal-hal ini telah dibersihkan pasca Abad Pertengahan. Bahkan kenyataannya, gerakan Pencerahan tidak pula membawa hasil bermanfaat bagi masyarakat Barat. Hasil terpenting Abad Pencerahan, yang muncul di Prancis, adalah Revolusi Prancis, yang mengubah negara itu menjadi lautan darah. Bagi sebagian besar cendekiawan Prancis, Abad Pencerahan berarti membersihkan pemikiran masyarakat dari setiap nilai agama dan ruhani. Hampir semua pemikir yang hidup di Prancis abad ke-18 sama-sama memiliki pandangan ini. Revolusi Prancis dibangun di atas gagasan Pencerahan ini yang paling berpengaruh di Prancis; yang merupakan salah satu revolusi modern paling biadab, kejam, dan mengerikan. Segera setelah kelompok Jacobin berkuasa pasca Revolusi Prancis, hal pertama yang mereka lakukan adalah pemberlakuan hukuman mati [penggal kepala] dengan pisau guillotine; ribuan orang kehilangan kepala mereka hanya karena mereka dituduh kaya atau taat beragama. Salah seorang pemimpin Revolusi Prancis bernama Fouché (nama julukannya adalah Penjagal dari Lyon) mengutus panitia yang dipimpin oleh 3 orang ke Lyon untuk membasmi kalangan bangsawan tuan tanah dan agamawan di sana. Dalam sebuah surat yang ia kirim kepada Robespierre, sang pemimpin Senat, Fouché menulis bahwa pisau guillotine bergerak terlalu lamban dan bahwa ia tidak puas dengan kemajuan revolusi yang lambat. Ia meminta izin untuk melakukan pembantaian besar-besaran. Di hari ia mendapatkan izin tersebut, ribuan orang dengan tangan terikat di belakang punggung mereka dibantai tanpa belas kasih oleh senapan-senapan revolusi.
Kini tulisan-tulisan yang terpengaruhi gagasan Pencerahan memuji Revolusi Prancis; padahal, Revolusi itu sangat merugikan Prancis dan menyebabkan perseteruan dalam masyarakat yang berlangsung hingga abad ke-21. Pengkajian tentang Revolusi Prancis dan Abad Pencerahan oleh pemikir terkenal Inggris, Edmund Burke, sangatlah penting. Dalam bukunya yang terkenal, Reflections on the Revolution in France [Renungan tentang Revolusi di Prancis], terbit tahun 1790, ia mengecam gagasan tentang Pencerahan sekaligus hasilnya, yakni Revolusi Prancis; menurut pendapatnya, gerakan itu menghancurkan nilai-nilai asasi yang menyatukan masyarakat, seperti agama, akhlak dan tatanan keluarga, serta membuka jalan bagi merajalelanya ketakutan dan kekacauan. Akhirnya, ia menganggap Pencerahan, sebagaimana diungkapkan seorang penafsir, sebagai suatu “gerakan pemikiran manusia yang bersifat merusak.
Pemimpin-pemimpin gerakan merusak ini adalah para Mason [anggota perkumpulan Freemasonry]. Voltaire, Diderot, Montesquieu, dan para pemikir anti-agama lainnya yang merekayasa jalan menuju Revolusi, seluruhnya adalah Mason. Kelompok Mason sangat dekat dengan kelompok Jacobin yang merupakan pemimpin Revolusi. Hal ini membuat sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa adalah sulit membedakan antara Jacobinisme dan Masonry di Prancis pada masa itu.
Selama Revolusi Prancis berlangsung, permusuhan besar ditujukan secara terang-terangan terhadap agama. Banyak pendeta dihukum penggal kepala dengan pisau guillotine, gereja-gereja dihancurkan, dan terlebih lagi, ada pihak-pihak yang ingin memberantas habis agama Kristen dan menggantinya dengan sebuah agama menyimpang, agama penyembah berhala, agama simbol yang disebut “Agama Akal.” Para pemimpin Revolusi juga menjadi korban kegilaan ini, masing-masing mereka akhirnya kehilangan kepala mereka sendiri oleh pisau guillotine, yang dengannya mereka sendiri telah menghukum begitu banyak orang. Bahkan saat ini, banyak orang Prancis yang terus mempertanyakan benar tidaknya Revolusi tersebut merupakan sesuatu hal yang baik.
Perasaan anti-agama dari Revolusi Prancis menyebar ke seantero Eropa dan, hasilnya, abad ke-19 menjadi salah satu babak propaganda anti-agama yang paling terbuka dan gencar.
Perang Melawan Agama di Prancis
Peran yang dimainkan kelompok Mason dalam Revolusi diakui oleh “agen provokator” bernama Count Cagliostro. Cagliostro ditangkap oleh Iquisition [lembaga pengadilan gereja Katolik Roma antara tahun 1232-1820] pada tahun 1789, dan membuat sejumlah pengakuan penting selama dimintai keterangan. Ia memulai dengan menyatakan bahwa para Mason di seluruh Eropa telah merencanakan serangkaian revolusi. Ia mengatakan bahwa tujuan utama kelompok Mason adalah menghancurkan Lembaga Kepausan atau mengambil alihnya.
Makar perkumpulan Masonry di Prancis tidak berhenti dengan Revolusi. Kekacauan yang muncul akibat Revolusi akhirnya dipadamkan saat Napoleon menduduki kekuasaan. Tapi, keadaan tenang ini tidak berlangsung lama; cita-cita Napoleon untuk berkuasa di seluruh Eropa hanya berujung pada akhir kekuasannya. Setelah itu, pertikaian di Prancis terus berlangsung antara pihak kerajaan dan pendukung Revolusi. Di tahun 1803, 1848, dan 1871, tiga revolusi lagi terjadi. Di tahun 1848, “Republik Kedua” didirikan; di tahun 1871, “Republik Ketiga” dibentuk. Di tahun 1881, Katolik tidak lagi menjadi agama resmi Prancis dan di tahun 1988 pelajaran agama dihilangkan sama sekali dari sistem pendidikan.
Kelompok Mason sangatlah giat selama masa pergolakan ini. Tujuan utama mereka adalah memperlemah Gereja dan lembaga-lembaga keagamaannya, menghancurkan nilai-nilai agama dan pengaruh hukum-hukum agama dalam masyarakat, dan menghapus pendidikan agama. Kelompok Mason memandang paham perlawanan terhadap kekuasaan kaum agamawan sebagai pusat gerakan sosial dan politik mereka.
The Catholic Encyclopedia [Ensiklopedia Katolik] memberikan keterangan penting tentang gerakan anti-agama dari Grand Orient, julukan bagi Masonry Prancis:
Dari surat-surat resmi Masonry Prancis yang dimuat terutama dalam “Buletin” dan “Laporan” resmi Grand Orient, telah dibuktikan bahwa seluruh kebijakan yang memusuhi kekuasaan kaum agamawan yang dikeluarkan di Parlemen Prancis telah diputuskan sebelumnya di pusa-pusat pertemuan kelompok Mason dan dilaksanakan di bawah arahan Grand Orient, yang bertujuan, sebagaimana dinyatakannya secara jelas, untuk mengendalikan setiap hal dan setiap orang di Prancis. “Saya telah mengatakan di majelis tahun 1898,” kata sang anggota dewan Massé, juru bicara resmi majelis tahun 1903, “bahwa adalah tugas terpenting Freemasonry untuk setiap hari terlibat lebih banyak dalam perjuangan politik dan anti-agama.” “Keberhasilan (dalam perang melawan kekeuasaan kaum pendeta) sebagian besarnya adalah berkat Freemasonry; sebab jiwanya, rencananya, caranyalah yang telah menang.” “Jika Blok ini telah didirikan, ini berkat Freemasonry dan berkat disiplin yang dipelajari di pusat-pusat pertemuan [Freemasonry]”… “Kita perlu waspada dan yang terpenting saling percaya, jika kita hendak menuntaskan kerja kita, yang sejauh ini belum selesai. Kerja ini, Anda tahu…perang melawan kekuasaan kaum pendeta, sedang berlangsung. Republik ini harus membersihkan diri dari lembaga-lembaga keagamaan, menyapu bersih mereka dengan satu hantaman keras. Perencanaan setengah-setengah di mana pun berbahaya; lawan harus dihancurkan dengan sekali pukul.
The Catholic Encyclopedia meneruskan paparan tentang peperangan Masonry Prancis melawan agama:
Sebenarnya seluruh pembaharuan Masonik “anti-kekuasaan kaum agamawan” yang dijalankan di Prancis sejak 1877, seperti penghapusan pengajaran agama dari pendidikan, kebijakan menentang sekolah-sekolah dan badan-badan kemanusiaan Kristen swasta, pelarangan dewan-dewan keagamaan dan penghancuran lembaga Gereja, diakui berpuncak pada perombakan anti-Kristen dan anti-agama terhadap masyarakat manusia, tidak hanya di Prancis tapi di seluruh dunia. Dengan demikian Freemasonry Prancis, sebagai pemimpin seluruh gerakan Freemasonry, seolah meresmikan masa keemasan republik universal Masonik, yang meliputi persaudaraan Masonik dari semua manusia dan seluruh bangsa. “Masa Kejayaan Galilean,“ kata presiden Grand Orient, Senator Delpech, pada tanggal 20 September 1902, “telah berlangsung selama 20 abad. Tapi kini gilirannya dia mati… Gereja Katolik Roma, yang didirikan di atas dongeng Galilean, mulai mengalami keruntuhan dengan cepat sejak hari didirikannya Kelompok Masonik.
“Galilean” yang dimaksud kelompok Mason adalah Yesus, karena menurut Injil, Yesus lahir di kota Galilee di Palestina. Karena itu, kebencian kelompok Mason terhadap Gereja adalah sebuah luapan kebencian mereka terhadap Yesus dan terhadap semua agama yang mengakui adanya satu Tuhan. Dengan budaya materialis, Darwinis dan humanis yang mereka bangun di abad ke-19, mereka yakin bahwa mereka telah menghancurkan agama dan menghidupkan kembali Eropa dalam bentuk paganisme pra-Kristen [yakni agama politeistik atau agama selain Kristen, Yahudi dan Islam].
Saat kata-kata ini diucapkan di tahun 1902, serangkaian undang-undang di Prancis memperluas ruang lingkup penentangan terhadap agama. Tiga ribu sekolah agama ditutup dan memberikan pelajaran agama apa pun di sekolah dilarang. Banyak pendeta ditangkap, sebagian di antaranya diasingkan dan orang-orang taat beragama mulai dianggap sebagai warga kelas dua. Karena alasan ini, di tahun 1904, Vatikan memutuskan seluruh hubungan kenegaraan dengan Prancis, tapi hal ini tidak mengubah sikap negara tersebut. Dibutuhkan korban ratusan ribu jiwa orang Prancis yang melawan tentara Jerman di Perang Dunia I sebelum keangkuhan negeri itu ditundukkan dan Prancis mengakui kembali pentingnya nilai-nilai agama.
Seperti dinyatakan The Catholic Encyclopedia, perang melawan agama, sejak Revolusi Prancis hingga abad ke-20, dilancarkan melalui “kebijakan-kebijakan anti-pendeta yang dikeluarkan Parlemen Prancis” yang “diputuskan sebelumnya di pusat-pusat pertemuan Masonik dan dilaksanakan di bawah arahan Grand Orient.” Fakta ini tampak jelas dari tulisan-tulisan Masonik. Misalnya, sebuah kutipan dari terbitan Turki berjudul "A Speech Made by Brother Gambetta on July 8 1875 in the Clémente Amitié Lodge" [Sebuah Pidato yang Disampaikan oleh Saudara Gambetta tanggal 8 Juli 1875, di Pusat Pertemuan Clémente Amitié] berbunyi:
Sementara bayangan ketakutan akan tindakan balasan mengancam Prancis, dan doktrin agama serta pemikiran terbelakang melancarkan serangan melawan prinsip dan hukum sosial modern, di tengah-tengah perkumpulan yang terampil, berpandangan ke depan seperti Masonry yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip persaudaraan, kita temukan kekuatan dan dukungan dalam perjuangan melawan kekuasaan Gereja yang kelewat batas, sikapnya yang dibesar-besarkan dan konyol serta tindakannya yang selalu berlebihan… kita wajib berjaga-jaga dan meneruskan perjuangan. Dalam rangka menegakkan gagasan tentang tatanan dan kemajuan manusia, mari kita bertahan agar perisai kita tidak dapat ditembus.
Dapat dicermati bahwa tulisan-tulisan Masonik senantiasa menampilkan gagasan-gagasan mereka sendiri sebagai “berpandangan jauh ke depan” sementara menuduh orang taat beragama sebagai “terbelakang”. Namun, ini hanyalah permainan kata-kata. Pendapat mengenai “bayangan ketakutan akan tindakan balasan”, yang disebutkan dalam kutipan di atas, adalah sesuatu yang juga ditentang oleh orang yang benar-benar taat beragama, tapi dimanfaatkan kelompok Mason untuk membidik agama yang benar dalam usaha mereka menjauhkan orang darinya. Selain itu, perlu ditegaskan kembali bahwa filsafat materialis-humanis yang dianut kalangan Mason sesungguhnya adalah takhayul, pola pemikiran terbelakang, warisan peradaban penyembah berhala Mesir Kuno dan Yunani Kuno.
Karenanya, penggunaan istilah seperti “berpandangan jauh ke depan” dan “terbelakang” oleh kelompok Mason dalam kenyataannya tidak memiliki dasar. Sungguh, hal tersebut tidak berdasar karena pertikaian antara kelompok Mason dan orang-orang taat beragama tidaklah lebih dari kelanjutan perseteruan antara dua pandangan yang telah ada sejak masa paling awal dari sejarah. Agamalah yang menyatakan yang pertama dari dua pandangan ini: bahwa umat manusia diciptakan dengan kehendak Tuhan dan bahwa umat manusia wajib menyembah-Nya. Inilah kebenaran itu. Pandangan yang berlawanan, yakni bahwa manusia tidak diciptakan, melainkan menjalani kehidupan yang tanpa makna dan tanpa tujuan, adalah yang dikemukakan oleh mereka yang mengingkari keberadaan Tuhan. Ketika dipahami secara benar, dapat ketahui bahwa penggunaan mereka akan istilah “terbelakang” dan “berpandangan jauh ke depan” tidaklah memiliki dasar.
Dengan memanfaatkan gagasan tentang “kemajuan”, kalangan Mason berupaya menghancurkan agama. "Catholic Encyclopedia" menyatakan:
Hal berikut dianggap sebagai cara-cara utama [gerakan freemasonry]:
(1) Menghancurkan sama sekali seluruh pengaruh Gereja dan agama terhadap masyarakat, yang secara licik dijuluki “clericalism” [“paham yang mendukung kekuasaan kaum agamawan”], melalui penekanan terbuka terhadap Gereja atau melalui sistem munafik dan menipu [yaitu] pemisahan antara Negara dan Gereja, dan sejauh mungkin, menghancurkan Gereja dan seluruh agama yang benar, yakni yang [bersumber dari] kekuatan di luar manusia, yang lebih dari sekedar aliran kebangsaan dan kemanusiaan yang tidak jelas;
(2) Mensekularisasi, melalui sistem “unsectarianism” [“ketidakfanatikan”] yang juga munafik dan menipu, seluruh kehidupan masyarakat dan pribadi dan, khususnya, pengajaran dan pendidikan umum. “Unsectarianism” [“ketidakfanatikan”] yang dimaksud oleh pihak Grand Orient adalah sectarianism [kefanatikan] yang anti-Katolik dan bahkan anti-Kristen, ateistik, positifistik [aliran filsafat empirisme yang lebih kuat], atau agnostik berbaju unsectarianism [ketidakfanatikan]. Kebebasan berpikir dan bernurani anak-anak haruslah dibangun secara tertata dan terencana dalam diri anak di sekolah dan dilindungi, sejauh mungkin, dari segala pengaruh yang membahayakan, tidak hanya dari Gereja dan para pendeta, tapi juga dari orang tua anak-anak itu sendiri, jika perlu, bahkan melalui paksaan jasmaniyah dan kejiwaan. Kelompok Grand Orient menganggapnya sebagai sebuah jalan yang mutlak diperlukan dan yang pasti tidak gagal menuju puncak berdirinya republik sosial universal.
Dapat dipahami bahwa Masonry telah melaksanakan sebuah rencana, dengan mengatasnamakan “pembebasan masyarakat”, yang tujuannya menghapuskan agama, sebuah rencana yang masih sedang dijalankan. Ini tidak boleh disalahartikan dengan sebuah tatanan yang mengupayakan hak bagi setiap warga negara dengan keyakinan agama apa pun untuk menjalankan agamanya secara bebas. Sebaliknya, tatanan yang dicita-citakan oleh Masonry adalah sesuatu yang berupa pencucian otak besar-besaran, yang dirancang untuk menghapus sama sekali agama dari masyarakat dan dari akal pikiran setiap orang dan, jika perlu, menindas para penganutnya.
AJARAN AGAMA ADALAH JALAN KELUAR DARI SEGALA KESULITAN
MASALAH UTAMANYA ADALAH KETIADAAN AGAMA

Kebijakan Prancis untuk menghapuskan agama bermula di abad ke-18 dan terus berlangsung selama tiga abad; hasilnya telah mengubah negeri itu menjadi sebuah bangsa yang takut terhadap agama, ajaran agama, dan orang-orang taat beragama. Dalam beberapa tahun belakangan, dan sebagai akibat dari berjalannya [kebijakan] ini, kalangan Muslim dan berbagai anggota perkumpulan keagamaan telah diserang. Akan tetapi, ketakutan ini tidaklah berdasar. Sebenarnya, bukanlah agama, namun ketiadaan agamalah yang seharusnya ditakuti. Ajaran agama membawa kedamaian, kebahagiaan, keadilan, dan sikap saling menghargai ke dalam masyarakat. Dalam masyarakat dengan kesadaran beragama yang kuat, tidak mungkin ada kekerasan, kemaksiatan, atau ketakutan. Dengan alasan ini, ketakutan Prancis terhadap agama tidak perlu ada. Dalam masyarakat di mana perang, pertikaian, kekerasan dan ketidakadilan merajalela, ajaran agama tidaklah ada.
Dalam masyarakat yang jauh dari agama, dapatlah dipastikan bahwa sebagian besar orang bersifat mementingkan diri sendiri, tidak adil dan kosong dari kebaikan akhlak. Hanya nilai-nilai agama yang menjamin kesempurnaan akhlak bagi masyarakat dan pribadi. Mereka yang beriman kepada Tuhan berperilaku penuh tanggung jawab, karena mereka hanya hidup untuk mendapatkan ridha Tuhan dan paham bahwa mereka akan mempertanggungjawabkan segala perbuatan mereka. Karena takut kepada Tuhan, mereka dengan hati-hati menghindari perbuatan, sikap, perilaku buruk yang tidak disukai Tuhan. Sebuah masyarakat yang dipenuhi orang-orang semacam ini akan menjadi masyarakat yang tidak mengalami masalah-masalah sosial.
Sebaliknya, orang tak beriman, yang tidak mengakui bahwa ia pada akhirnya akan diberi pahala atau dihukum akibat amal perbuatannya, tidak akan memberi batasan atas perbuatan jahatnya. Walaupun menghindari bentuk perilaku tertentu yang tidak disukai masyarakat, banyak orang tidak ragu melakukan kejahatan lainnya saat mereka terdesak, terdorong, atau memiliki kesempatan.
Dalam masyarakat di mana tidak terdapat agama, orang rentan melakukan segala macam perbuatan tidak terpuji. Misalnya, seseorang yang taat beragama tidak akan pernah menerima suap, berjudi, merasa dengki, atau berbohong karena ia tahu bahwa ia harus bertanggung jawab atas semua perbuatan itu di akhirat. Namun, seseorang tak beragama cenderung mudah melakukan semua itu. Tidaklah cukup bagi seseorang berkata, “Saya tidaklah taat beragama tapi saya tidak menerima suap”, atau “Saya tidaklah taat beragama tapi saya tidak berjudi”, sebab orang yang tidak takut pada Tuhan dan tidak percaya bahwa ia akan memberikan pertanggungjawaban atas dirinya sendiri di akhirat mungkin akan melakukan salah satu perbuatan itu ketika kesempatan atau keadaannya berbeda. Seseorang yang berkata, “Saya tidak taat beragama tapi saya tidak berzina” mungkin saja melakukannya di suatu tempat di mana perzinahan dianggap wajar. Atau seseorang yang berkata bahwa ia tidak menerima suap mungkin berkata, “Anak saya sakit dan hampir meninggal, karena itu saya harus menerima suap”, jika ia tidak takut pada Tuhan.
Sebaliknya, orang taat beragama tidak melakukan kenistaan serupa itu, karena ia takut pada Tuhan dan ia tidak lalai bahwa Tuhan mengetahui niatnya dan juga pikirannya.
Seseorang yang jauh dari agama mungkin berkata, “Saya tidak taat beragama tapi saya pemaaf. Saya tidak merasa dendam atau benci,” tapi suatu hari peristiwa tak diinginkan mungkin saja menyebabkannya kehilangan kendali-diri dan melakukan tindakan yang paling tidak diharapkan. Ia mungkin saja berupaya membunuh atau melukai seseorang, karena acuan perilaku yang ia pegang dapat berubah menurut lingkungan dan keadaan tempat di mana ia tinggal.
Akan tetapi, seseorang yang beriman kepada Tuhan dan Hari Akhir tidak pernah menyimpang dari akhlak baiknya, apa pun keadaan atau lingkungannya. Akhlaknya tidaklah “berubah-ubah” namun tegar. Allah merujuk tentang akhlak mulia orang-orang taat beragama dalam ayat-ayat-Nya:
(yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak melanggar perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan apa yang diperintahkan Allah agar dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. Dan orang yang sabar karena mengharap keridhaan Tuhannya, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik). (QS. Ar Ra’d, 13:20-22)
Dalam lingkungan tanpa agama, gagasan pertama yang akan terhapuskan adalah keluarga. Nilai-nilai seperti kesetiaan, ketaatan, kepatuhan, cinta, dan penghargaan, yang menopang keluarga, benar-benar ditinggalkan. Harus diingat bahwa keluarga adalah pondasi masyarakat dan jika keluarga runtuh, runtuh pulalah masyarakat. Bahkan negara tidak memiliki alasan untuk tetap ada, karena seluruh nilai moral yang menopang negara telah lenyap.
Lagipula, dalam masyarakat tak beragama, tidak ada lagi alasan bagi seseorang untuk memiliki rasa hormat, cinta atau kasih sayang terhadap orang lain. Hal ini mengarah pada kekacauan hubungan antar-manusia. Si kaya membenci si miskin, si miskin dengki terhadap si kaya. Kemarahan muncul terhadap mereka yang cacat atau miskin. Atau serangan terhadap bangsa-bangsa lain meningkat. Karyawan berselisih dengan majikan mereka dan majikan bersengketa dengan para karyawannya, ayah memusuhi anak dan anak memusuhi ayah.
Penyebab pertumpahan darah yang terus-menerus dan “berita halaman tiga” di koran-koran adalah ketiadaan agama. Di halaman-halaman itu, setiap hari, kita melihat liputan berita tentang orang-orang yang tanpa pikir panjang saling membunuh karena alasan sangat sepele.
Sebaliknya, orang yang paham bahwa ia akan dihisab di akhirat tidak akan menodongkan senjata ke kepala orang lain dan menembaknya. Ia tahu bahwa Tuhan melarang manusia melakukan kejahatan, dan rasa takutnya pada Tuhan memastikan bahwa ia akan menghindarkan diri dari azab ilahi. Dalam Alquran, Allah memerintahkan manusia menghindar dari berbuat kerusakan.
Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan. (QS. Al A’raaf, 7:56)
Keberadaan nilai-nilai agama memunculkan perasaan cinta karena Tuhan. Rasa cinta ini memiliki pengaruh yang luar biasa baik dan bermanfaat bagi semua orang. Untuk mendapatkan ridha Tuhan, orang beriman menghibur diri mereka sendiri dengan cara yang paling mulia, dan saling mencintai dan menghormati. Secara umum, belas kasih, sikap menghargai dan rasa kasih sayang meliputi masyarakat.
Dilingkupi rasa takut pada Tuhan, orang sama sekali menghindar dari menjerumuskan diri dalam perbuatan bejat atau jahat. Dengan cara ini, setiap jenis kejahatan yang sebelumnya tidak mampu dicegah berhenti seketika. Jiwa dan semangat agama melingkupi sekeliling.
Dalam masyarakat di mana agama tidak merasuk, sudah menjadi fakta yang diakui bahwa orang menjadi bersifat berontak dan membangkang serta mengambil sikap memusuhi negara mereka. Sebaliknya, bagi seseorang yang hidup mengikuti ajaran agama, perintah negara sangatlah penting. Jika diperlukan, seseorang akan mengorbankan hidupnya demi nilai-nilai ini. Bagi orang seperti itu, kepentingan negerinya selalu berada di atas kepentingan pribadinya. Mereka mempertahankan nilai-nilai agama dan melakukan yang terbaik untuk membelanya.
Dalam keadaan yang sedemikian mendukung, memerintah negara menjadi sangat mudah. Negara menjadi tempat yang aman dan makmur. Para penyelenggara negara memperlakukan warga negaranya dengan adil dan lembut sehingga perlakuan tidak adil pun berhenti. Sebagai imbalannya, mereka dihormati oleh warga negara itu. Negara-negara seperti itu sudah pasti meletakkan dasar mereka di atas pondasi yang tak tergoyahkan.
Dengan ketiadaan akhlak Islami, ayah menjadi musuh anaknya, dan sebaliknya, sesama saudara berselisih, majikan menindas karyawan. Pabrik dan perusahaan berhenti menjalankan usaha akibat kekacauan dan si kaya memeras keringat si miskin. Di dunia dagang, orang mencoba saling berbuat curang. Kekacauan, pertikaian dan kekerasan menjadi jalan hidup bagi anggota masyarakat. Alasan semua ini adalah karena orang tidak memiliki rasa takut pada Tuhan. Orang yang tidak takut pada Tuhan merasa bebas bertindak tidak adil, dan tidak ragu mengambil jalan paling keras dan kejam, bahkan membunuh. Terlebih lagi, tanpa merasa bersalah, mereka berani secara terbuka mengungkapkan ketiadaan penyesalan mereka. Sebaliknya, seseorang yang yakin bahwa ia akan menghadapi siksa abadi di neraka tidak akan pernah melakukan tindakan seperti itu. Ajaran Alquran menihilkan semua perbuatan tidak baik semacam itu. Semuanya diselesaikan secara sederhana, tenang dan dengan cara terbaik. Kesalahan putusan hukum tidak terjadi dan, sementara itu, kantor polisi dan pengadilan sulit menemukan kasus yang harus ditangani.
Pikiran damai dan tenang orang-orang di seluruh segi kehidupan membawa kemakmuran kepada seluruh masyarakat. Penelitian ilmiah berkembang, tak satu pun hari berganti tanpa adanya penemuan baru atau terobosan teknologi dan hasilnya dimanfaatkan untuk kebaikan bersama. Kebudayaan berkembang dan para pemimpin bekerja untuk kesejahteraan rakyat. Kemakmuran ini ada berkat pikiran manusia yang terbebaskan dari tekanan. Ketika pikiran tenang, seseorang dapat mengembangkan kemampuan berpikir yang lebih baik dan keadaan ini memperbesar ruang lingkup berpikir. Hasilnya adalah pemanfaatan kemampuan berpikir yang jernih dan tidak terbelenggu. Hidup dengan pijakan akhlak yang baik membawa kemakmuran bagi masyarakat; mereka berhasil dalam kegiatan bisnis dan dagang mereka. Pertanian dan industri berkembang. Di seluruh bidang usaha, terdapat kemajuan yang nyata.
Jalan keluarnya sudah jelas: kembali kepada Tuhan, Pencipta segala sesuatu, dan mencapai kebahagiaan dan kedamaian hakiki dengan berpegang pada agama yang Tuhan ridhai untuk kita. Tuhan telah memberitahu kita bahwa keselamatan di dunia ini adalah dengan kembali kepada agama dan telah memberi kabar gembira bahwa hamba-hamba-Nya yang ikhlas tidak akan merasa takut, selama mereka patuh pada-Nya.
Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. An Nuur, 24:55)
Karena itu, dengan semua alasan yang sudah kami paparkan di atas, masyarakat Prancis harus mencari jalan keluar bukan dengan ketiadaan agama tapi dengan penerapan ajaran agama.Jalan keluar dari persengketaan yang berkembang, kekerasan yang meningkat dan ketimpangan ekonomi tidaklah terletak pada pembuangan agama; bahkan sebaliknya: harus dicari dengan upaya menyebarluaskan ajaran agama. Ketika suatu bangsa takut pada Tuhan, bertindak mengikuti hati nuraninya dan memperlihatkan rasa sayang, belas kasih dan sikap menghargai, tidak ada keraguan bahwa hal itu akan dengan mudah memberantas kekejaman dan kebobrokan dalam masyarakatnya.
1- Pocock, in; Edmund Burke, Reflections on the Revolution in France , ed. J. G. A. Pocock, Indianapolis: Hackett Publishing Company, 1987, h. 33-38.
2- Compterendu Gr. Or., 1903, Nourrisson, "Les Jacobins", 266-271; The Catholic Encyclopedia , "Masonry (Freemasonry)", New Advent, http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm
3- The Catholic Encyclopedia , "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm)
4- The Catholic Encyclopedia , "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm#VIII)
5- Nur Safa Tekyeliban, "Taassuba Karsi Mucadele" (Struggle Against Bigotry): From the Speech of Brother Gambetta made on July 8, 1875 in Clémente Amitié Lodge," Dogus Kolu Yilligi: Ankara Dogus Mahfili Çalismalari (Dogus Branch Yearbook: Ankara Dogus Society Studies) , 1962, Kardes Press, Ankara, 1963, h. 19
6- The Catholic Encyclopedia , "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm)

teknologi desain


Kemampuan menciptakan dari ketiadaan, tanpa contoh dan tanpa awal hanyalah milik Allah semata. Bahkan manusia, sang perancang aneka teknologi itu sendiri adalah salah satu ciptaan-Nya yang mengagumkan. Allah telah menciptakan seluruh makhluk-Nya termasuk manusia dari ketiadaan dan menganugerahi manusia keahlian merancang.
Dalam banyak hal yang kita anggap adalah hasil rancangan manusia, ternyata sudah ada contohnya di alam. Bentuk-bentuk dan produk-produk teknologi yang muncul melalui penelitian tahun demi tahun, telah ada padanannya di alam sejak jutaan tahun sebelumnya. Padanannya di alam ini selalu jauh lebih canggih dan sempurna. Sadar akan kenyataan tersebut, para perancang, arsitek, dan ilmuwan memilih untuk mengikuti sifat-sifat yang dicontohkan pada ciptaan Allah dalam merancang produk baru.
Di bidang arsitektur, bangunan yang dirancang meniru makhluk hidup di alam kini merupakan fenomena baru, sehingga dikenallah istilah “Zoomorphic” atau arsitektur meniru binatang. “Zoomorphic adalah perpaduan antara arsitektur dan biology”, menurut Hugh Aldersey-Williams, kepala museum Victoria and Albert di London, Inggrism, yang beberapa waktu lalu mengadakan pameran tentang zoomorphic. Sejumlah bangunan yang terilhami binatang telah dididrikan, di antaranya meniru bentuk burung, ikan, udang, paus, atau bentuk-bentuk biologis seperti tulang, iga, dan mata serangga. Salah satu contohnya adalah stasiun kereta api di Prancis.
Tidak hanya arsitek yang memanfaatkan pengkajian terhadap penciptaan. Para insinyur yang mengembangkan teknologi robot juga meneliti serangga sebagai sumber ilham. Robot yang dibangun berdasarkan kaki serangga terbukti dapat berdiri dengan keseimbangan yang lebih baik. Ketika bantalan penghisap dipasangkan pada kaki-kaki robot ini, mereka mampu memanjat dinding layaknya seekor lalat. Suatu robot yang dikembangkan oleh sebuah perusahaan Jepang mampu berjalan di langit-langit layaknya serangga. Perusahaan tersebut menggunakan robot ini untuk memeriksa bagian bawah jembatan dengan menggunakan sensor yang ditempelkan ke badannya.
Angkatan bersenjata Amerika diketahui meneliti mesin-mesin yang amat kecil (mesin mikro) sejak lama. Menurut Professor Johannes Smith, suatu motor yang berukuran kurang dari 1 milimeter mampu menggerakkan suatu robot seukuran semut. Robot seperti ini sedang dipertimbangkan untuk digunakan sebagai pasukan kecil yang terdiri atas robot-robot yang menyerupai semut untuk menembus dari balik pertahanan lawan tanpa diketahui dan merusak mesin-mesin jet, radar dan pusat komputer. Dua perusahaan industri terbesar di Jepang, Mitsubishi dan Matsushita, telah mengambil langkah awal untuk bekerja sama dalam bidang tersebut. Hasil dari kerjasama tersebut adalah robot yang amat kecil dengan berat 0,42 gram dan berjalan dengan kecepatan 4 meter per menit.
Karya arsitektur hebat dan rancangan robot-robot ini adalah hasil gagasan dan kerja para perancang dan pakar jenius. Lantas kecerdasan macam apakah yang menghasilkan karya berupa binatang yang mengilhami karya mereka? Tentu saja, ilmu pengetahuan dan kekuasaan tak terbatas milik Allah-lah yang berada di balik penciptaan binatang, termasuk manusia yang mengambil contoh dari binatang itu. Allah mengajarkan kesempurnaan desain dan rancangan ciptaan-Nya untuk ditiru manusia, sekaligus agar manusia memahami kebesaran Sang Pencipta.

Saturday, November 11, 2006

Un tsunami (dalam bahasa prancis)

Un tsunami est une série de vagues quand une eau superficielle, tel qu'un océan est rapidement déplacée sur une échelle massive. Les tremblements de terre, les mouvements de masse au-dessus ou au-dessous de l'eau, les éruptions volcaniques et d'autres explosions sous-marines, éboulements et la grande météorite effectue tous ont le potentiel de produire d'un tsunami. Les effets d'un tsunami peuvent s'étendre d'unnoticeable à dévaster. Le tsunami de limite vient du port japonais de signification de langue ( tsu ) et de la vague ( nami ). Bien que dans le tsunami japonais est employé pour le singulier et pluriel, dans des tsunamis anglais est employé souvent comme pluriel. La limite a été créée par les pêcheurs qui sont revenus au port à la trouvaille que le secteur entourant leur port a dévastée, bien qu'ils ne se soient pas rendus compte d'aucune vague dans l'eau ouverte. Tsunamis sont commun dans toute l'histoire japonaise, car 195 événements au Japon ont été enregistrés. Un tsunami a une amplitude beaucoup plus petite (amplitudes d'onde) en mer, et une longueur d'onde très longue (souvent centaines des kilomètres long), qui est pourquoi elles passent généralement inaperçu en mer, formant seulement une bosse de dépassement dans l'océan. Tsunamis ont été les vagues aussi de marée historiquement visées parce que qu'ils approchent la terre, ils prennent les caractéristiques d'une marée onrushing violente plutôt que la sorte de vagues s'élevantes à la crête qui sont constituées par action de vent sur l'océan (avec quelles personnes sont plus familières). Puisqu'elles ne sont pas liées réellement aux marées la limite est considérée tromper et son utilisation est découragée par des océanographes. Puisque non tous les tsunamis se produisent dans les ports, cependant, que la limite est également fallacieuse, bien qu'elle ait l'avantage d'être fallacieuse dans une langue différente.
Caractéristiques Il y a une idée fausse commune que les tsunamis se comportent comme les vagues éoliennes ou gonfle (avec de l'air derrière elles, comme en cela 19ème gravure sur bois célébrée de siècle par Hokusai). En fait, un tsunami mieux est compris comme nouveau et soudainement plus élevé niveau de la mer, qui se manifeste comme étagère ou étagères de l'eau. Le principal bord d'un tsunami ressemble superficiellement à une vague de rupture mais se comporte différemment : l'élévation rapide du niveau de la mer, combiné avec le poids et la pression de l'océan derrière elle, a une force bien plus grande. Souvent désigné sous le nom des vagues de marée , un tsunami ne ressemble pas à l'impression populaire d'une vague normale seulement beaucoup plus grande. Au lieu de cela il semble plutôt comme une marée onrushing sans fin autour de la laquelle force sa manière et par n'importe quel obstacle. La majeure partie des dommages est provoquée par la masse énorme de l'eau derrière le front d'onde initial, car la taille de la mer continue à monter rapidement et inonde puissant dans le secteur côtier. Le poids fin de l'eau est assez pour pulvériser des objets dans son chemin, souvent ramenant des bâtiments à leurs bases et récurant la terre exposée à la roche en place. De grands objets tels que des bateaux et des rochers peuvent être portés plusieurs milles intérieurs avant que le tsunami s'abaisse. L'acte de Tsunamis très différemment de la vague déferlante typique gonfle : ils contiennent l'immense énergie, propagation aux vitesses élevées et peuvent voyager de grandes distances transport-océaniques avec peu de déperdition d'énergie globale. Un tsunami peut causer des milliers de dommages de kilomètres de son origine, tellement il peut y avoir plusieurs heures entre sa création et son impact sur une côte, l'arrivée longtemps après la vague séismique produite par l'événement de commencement arrive. Bien que la perte totale ou totale de l'énergie soit petite, toute l'énergie est répartie une plus grande et plus grande circonférence pendant que la vague voyage. L'énergie par mètre linéaire dans la vague est proportionnelle à l'inverse de la distance de la source. citation requise (en d'autres termes, elle diminue linéairement avec la distance.) c'est l'équivalent bidimensionnel de la loi carrée inverse, qui est suivie des vagues qui propagent dans trois dimensions (dans une sphère au lieu d'un cercle). Un événement simple de tsunami peut impliquer une série de vagues des tailles variables ; ainsi l'ensemble de vagues s'appelle un train. Dans l'eau ouverte, les tsunamis ont les périodes extrêmement longues (l'heure pour le prochain dessus de vague de passer un point après le précédent), des minutes aux heures, et les longues longueurs d'onde de jusqu'à plusieurs centaines de kilomètres. C'est très différent des bosses vent-produites typiques sur l'océan, qui pourrait avoir une période d'environ 10 secondes et une longueur d'onde de 160 mètres. La taille d'une vague de tsunami dans l'eau ouverte est souvent moins d'un mètre, et la taille est répartie la longueur d'onde du tsunami qui est des kilomètres multiples. C'est unnoticeable pour peuple sur des bateaux dans d'eau profonde. Puisqu'il a une si grande longueur d'onde, l'énergie d'un tsunami mobilise la colonne entière de l'eau vers le bas au fond marin. La surface typique d'océan ondule dans le mouvement d'eau profonde de l'eau de cause à une profondeur égale à la moitié de leur longueur d'onde. Ce les moyens, mouvement de vague de surface d'océan atteindront seulement vers le bas à une profondeur de quelque 100 m ou de moins. Tsunamis, en revanche se comportent comme l'eau peu profonde ondule dans l'océan profond. Puisqu'un Tsunami se comporte comme une vague peu profonde de l'eau, sa vitesse est basée sur la profondeur de l'eau. Typiquement, une vague de tsunami voyagera à travers un océan profond à une vitesse moyenne de 400 à 500 Mph. Car la vague n'approche la terre, les shallows de mer et les voyages de vague de tsunami plus en tant que rapidement, ainsi lui commence la collision ; le front des ondes devient plus raide et plus grand, et il y a moins de distance entre les crêtes. Tandis qu'une personne sur la surface de d'eau profonde n'égaliserait probablement pas la notification le tsunami, la vague peut grimper jusqu'à une taille de six histoires ou de plus pendant qu'elle approche le littoral et se comprime. Le processus de augmentation est analogue à fendre d'un fouet conique. Pendant qu'une vague descend le fouet de la poignée pour incliner, la même énergie est déposée en de moins en moins matériel, qui se déplace alors plus violemment pendant qu'il reçoit cette énergie. Une vague devient une vague de la peu profond-eau quand le rapport à la profondeur de l'eau de sa longueur d'onde devient très petit, et puisqu'un tsunami a une longueur d'onde extrêmement grande (centaines de kilomètres), agir de tsunamis comme une vague de la peu profond-eau même dans l'eau océanique profonde. les vagues de la Peu profond-eau se déplacent à une vitesse qui est égale à la racine carrée du produit de l'accélération de la pesanteur (9.8 m/s2) et de la profondeur de l'eau. Par exemple, dans l'océan pacifique, où la profondeur typique de l'eau est environ 4000 m, voyages d'un tsunami à environ 200 m/s (720 km/h ou 450 mi/h) avec peu de déperdition d'énergie, même longues distances d'excédent. À une profondeur de l'eau de 40 m, la vitesse serait 20 m/s (environ 72 km/h ou 45 mi/h), qui est beaucoup plus lente que la vitesse dans l'océan ouvert mais il était toujours difficile dépasser la vague. La propagation de Tsunamis à l'extérieur de leur source, ainsi les côtes dans la ombre des masses affectées de terre sont habituellement assez sûres. Cependant, les vagues de tsunami peuvent se diffracter autour des masses de terre (suivant les indications de cette animation de tsunami de l'Océan Indien comme vagues atteindre le Sri Lanka et l'Inde méridionaux). Il n'est également pas nécessaire qu'elles soient symétriques ; les vagues de tsunami peuvent être beaucoup plus fortes dans une direction que des autres, selon la nature de la source et de la géographie environnante.

Friday, November 10, 2006

gagak hitam

pada profil saya pasti banyak yang bertanya gambar apa itu? itu adalah gambar seekor gagak( mutan). karena saya menganggap diri saya seperti gagak, yang kedatanggannya tidak di ingkan orang dan datang secara berkelompok.






oya tulisan yang dibawah ini bukan salah ketik tapi ditulis dalam berbagai bahasa...

Sunday, October 29, 2006

Democratisch

German;
Wir nennen ein politisches System demokratisch, wenn es das freie formulatiaon der politischen Präferenzen, durch den Gebrauch der grundlegenden freedoms der Verbindung, der Informationen und des commonication erlaubt, für freecompetition. Zwischen den leanders, zum in regelmäßigem Abstand mit nicht-heftigen Mitteln ihres Anspruches zu validieren anzuordnen, tut ein demokratisches System dies, ohne irgendein effetive politisches Büro von dieser Konkurrenz des Untersagens aller möglicher Mitglieder der politischen Gemeinschaft das Ausdrücken von von ther Präferenz auszuschließen durch die Normen, welche die Gewaltanwendung reguiring sind, sie zu erzwingen.
italian;
Denomineremo un sistema politico democratico quando permette il formulatiaon libero delle preferenze politiche, con l'uso dei freedoms di base dell'associazione, delle informazioni e del commonication, a scopo del freecompetition. Fra i leanders per convalidare all'intervallo normale attraverso i mezzi non-violenti il loro reclamo per regolare, un sistema democratico fa questo senza escludere alcun ufficio politico effetive da quella concorrenza di proibire tutti i membri della Comunità politica dall'esprimere la preferenza del ther dalle norme che reguiring l'uso di forza farle rispettare.
Greek;
Θα καλέσουμε ένα πολιτικό σύστημα δημοκρατικό όταν επιτρέπει το ελεύθερο formulatiaon των πολιτικών προτιμήσεων, μέσω της χρήσης των βασικών ελευθεριών του συνδικαλίζεσθαι, των πληροφοριών και του commonication, με σκοπό το freecompetition. Μεταξύ των leanders για να επικυρώσει σε τακτό χρονικό διάστημα με τα μη βίαια μέσα η αξίωσή τους που κυβερνά, ένα δημοκρατικό σύστημα κάνει αυτό χωρίς αποκλεισμό οποιουδήποτε effetive πολιτικού γραφείου από εκείνο τον ανταγωνισμό της απαγόρευσης οποιωνδήποτε μελών της πολιτικής κοινότητας από την έκφραση ther της προτίμησης από τους κανόνες poy η χρήση της δύναμης για να τους επιβάλει.
French;
Nous appellerons un système politique démocratique quand il permet le formulatiaon libre des préférences politiques, par l'utilisation des freedoms de base d'association, d'information et de commonication, afin du freecompetition. Entre les leanders pour valider à l'intervalle régulier par des moyens non-violents leur réclamation de régner, un système démocratique fait ceci sans exclure n'importe quel bureau politique effetive de cette concurrence d'interdire tous les membres de la communauté politique d'exprimer la préférence de ther par des normes reguiring l'utilisation de la force de les imposer.

Thursday, September 07, 2006

maaf

maaf karena ini adalah perbaikan atas blog saya yang kemarin / jadi ini tetap blog cabang dari skay .dan untuk sementara waktu blog skay yang dikelola kairul tidak dapat ditampilkan karena ada kerusakan teknis

Tuesday, August 29, 2006

Nabi Muhammad SAW

MICHAEL H. Hart dalam bukunya The 100, a Ranking of the Most Influential Persons in History yang diterjemahkan oleh H. Mahbub Djunaidi menjadi Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, memberi alasan mengapa Nabi Muhammad saw. ditempatkan dalam urutan pertama daftar buku seratus tokoh paling berpengaruh yang ditulisnya. Menurut penilaiannya Nabi Muhammad saw. satu-satunya orang dalam sejarah peradaban manusia telah berhasil meraih sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi. Nabi Muhammad saw. telah berhasil meyakinkan masyarakat kafir Quraisy agar mau menanggalkan kebiasaan menyembah berhala menuju sikap ketauhidan yang hakiki yakni meng-Esa-kan Tuhan.
Nabi Muhammad saw. juga dinilai telah berhasil mengemban amanat sebagai nabi dan rasul Allah, meyakinkan umat sampai akhir zaman bahwa agama Islam adalah agama untuk seluruh manusia (Al-A'raf 156) serta rahmatan lil 'alamin/rahmat bagi seluruh alam (A-Anbiya 107). Kini tiga belas abad setelah wafatnya, agama Islam dengan kitab suci Alquran serta sepak terjang beliau sebagai sunahnya telah menjadi keyakinan, pedoman dan pegangan hidup sebagian besar umat di dunia.
Penghargaan dan penghormatan seorang H. Hart terhadap keberadaan Nabi Muhammad saw. yang dalam literasi Islam diyakini sebagai Rasulullah serta nabi dan rasul terakhir/penutup atau khataman nabiyyin (Al-Ahzab 40, Al-Fath 29) juga merupakan kewajiban seluruh umat Islam dalam berbagai dimensi waktu masa lalu, masa kini maupun masa mendatang mengingat Nabi Muhammad saw. diyakini perilaku kehidupannya adalah contoh teladan yang baik/uswatun hasanah (Al-Ahzab 21), berakhlak mulia (Al-Qolam 4) serta bersih dari dosa dan kesalahan (Al-Fath 2).
Menurut Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad (1982) seperti juga pendapat H. Hart, Muhammad lahir pada tahun Tahun Gajah (570 Masehi), sedang menurut Dr. Miftah Faridl (1982) kelahiran Muhammad adalah hari Senin 12 Rabi'ul Awwal atau 20 April 571 M. Ia lahir di kota Mekah di rumah kakeknya Abdul Muttalib, letak kota Mekah berada di bagian agak selatan Jazirah Arabia, suatu tempat yang waktu itu jauh dari pusat perdagangan, seni maupun ilmu pengetahuan.
Allah SWT telah merencanakan sesuatu untuk Nabi Muhammad saw. jauh sebelum kelahiran beliau, bahkan nabi-nabi sebelumnya telah pernah diangkat janjinya untuk percaya akan datangnya seorang rasul (Ali Imran 81).
Tanda-tanda lain menurut Quraish Shihab (1999) terlihat pula dari bulan lahir, hijrah, dan wafatnya pada bulan Rabiul Awal (musim bunga). Nama beliau Muhammad (yang terpuji), ayahnya Abdullah (hamba Allah), ibunya Aminah (yang memberi rasa aman), kakeknya Abdul Muthalib bergelar Syaibah (orang tua yang bijaksana), sedangkan yang membantu melahirkan bernama Asy-Syifa' (yang sempurna dan sehat) serta yang menyusukannya adalah Halimah As-Sa'diyah (yang lapang dada dan mujur), semuanya mengisyaratkan keistimewaan serta berkaitan erat dengan kepribadian Nabi Muhammad saw.
Halimah binti Abi-Dhua'ib sendiri adalah seorang wanita dari keluarga Sa'd yang menyusui Muhammad hingga usia dua tahun. Atas kehendak ibunya Aminah, Muhammad tinggal pada keluarga Sa'd di pedalaman Sahara dalam pengasuhan Halimah sampai usia lima tahun. Bagi Halimah sendiri keberadaan Muhammad di lingkungan keluarganya telah memberinya berkah pada kehidupannya. Ternak kambingnya gemuk-gemuk dan susunya pun bertambah. Allah SWT telah memberkahi semua yang ada padanya.
Muhammad lahir dalam keadaan yatim dari keluarga yang sederhana, peninggalan ayahnya Abdullah sesudah wafat hanyalah lima ekor unta, sekelompok ternak kambing dan seorang budak perempuan yaitu Umm Aiman, yang kemudian menjadi pengasuh Nabi, semuanya menggambarkan bahwa keluarga Muhammad bukan keluarga yang kaya, tapi bukan pula keluarga yang miskin. Allah SWT kemudian memberinya hidup berkecukupan, khususnya menjelang dan saat hidup berumah tangga dengan istrinya, Khadijah a.s. sebagaimana firman-Nya, Bukankah Dia (Tuhan) mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu, dan Dia mendapatimu bimbang, lalu Dia memberi petunjuk kepadamu, dan Dia mendapatimu dalam kedaan kekurangan, lalu memberimu kecukupan (Q.S. Ad-Dhuha: 6-8).
Kebimbangan dan keraguan beliau digambarkan dalam Alquran manakala ia sendiri tidak pernah menduga akan mendapat tugas mulia dari Allah SWT harus menjalankan tugas sebagai nabi (penyampai berita) pada usia 40 tahun yang disebutkan dalam Surat Al-Ahqaf ayat 15 sebagai usia kesempurnaan, ditandai dengan turunnya wahyu pertama Iqro' bismi Rabbik.
Selanjutnya dengan petunjuk dan bimbingan Allah SWT melalui wahyu-Nya atas perantaraan Malaikat Jibril, Nabi Muhammad saw. menjalankan tugasnya sesuai perintah Allah SWT yakni menyampaikan ajaran Islam, bukan saja untuk masyarakat dan waktu tertentu, tetapi untuk seluruh manusia di setiap waktu dan tempat, sebagaimana firman-Nya, Katakanlah (hai Muhammad), wahai seluruh manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk kamu semua. (Al-A'raf 158).
Muhammad di dalam Alkitab?
Tidakkah Kitab Suci orang Kristian meramalkan kedatangan Nabi Muhammad?
Muhammad mengajar bahawa kedatangannya telah dinyatakan oleh kitab-kitab yang lebih awal. Dia mengharapkan orang Kristian dan Yahudi untuk menerimanya sebagai nabi baru yang memenuhi kesemua ramalan yang ada dalam kitab-kitab suci mereka. Apabila mereka menolaknya, Muhammad bertindak dengan berkata bahawa mereka telah mengubah tulisan suci mereka.
Di antara orang-orang Yahudi ada pendengar-pendengar perkataan bohong, pendengar-pendengar untuk kaum lain yang tidak datang kepada engkau (ya Muhammad). Mereka telah mengubah perkataan dari pada tempatnya. (Surah Al-Maa-Idah 5:41)
Orang Muslim biasanya mengungkapkan kata-kata Allah kepada Musa dalam Ulangan 18:18-19 sebagai ayat penyokong kepada soalan yang sedang kita bahaskan:
Aku akan mengutus seorang nabi kepada mereka, nabi seperti engkau, dan yang daripada bangsa mereka sendiri. Aku akan menyampaikan firman-Ku kepadanya, dan dia akan menyampaikan segala perintah-Ku kepada umat itu.
Orang Islam percaya bahawa nabi yang disebutkan dalam petikan di atas ialah Muhammad. Ahli-ahli tafsir Islam merujuk kepada ayat berikut sebagai ayat penyokong:
Seorang saksi dari Bani Israil, telah mengakui (kebenaran) yang seumpamanya. (Surah Al-Ahqaaf 46:10)
Ulangan 18:18-19 telah diberi oleh Allah kepada Musa dalam Taurat dan menurut Injil, janji ini telah dipenuhi dengan kedatangan Isa Al-Masih enam ratus tahun sebelum Al-Quran ditulis. Ini disahkan dalam Kisah Para Rasul 3:18-23 yang berkata:
Dahulu kala melalui semua nabi, Allah memberitahu bahawa Penyelamat yang diutus-Nya harus menderita. Demikianlah perkara itu berlaku seperti yang dikehendaki-Nya. . . Tuhan akan menyuruh Isa Al-Masih datang kepada saudara-saudara, kerana dia sudah ditetapkan oleh Tuhan menjadi Penyelamat saudara-saudara. Dia harus tinggal di syurga sehingga tiba masanya bagi Allah menjadikan semuanya baru, seperti yang difirmankan oleh Allah melalui nabi-nabi-Nya yang suci pada zaman dahulu. Musa pernah berkata, ‘Tuhan, Allah kamu akan mengutus seorang nabi kepada kamu seperti Dia mengutus aku. Nabi itu akan datang daripada bangsa kamu sendiri. Kamu harus mendengar semua yang dikatakannya. Sesiapa yang tidak mahu mentaati kata-kata nabi itu, akan disingkirkan daripada umat Allah dan dibinasakan.’
Stefanus mengulangi janji ini dalam khutbahnya sebelum dia mati syahid (Kisah Para Rasul 7:37).Jadi, rasul Petrus dan Stefanus mengakui bahawa Ulangan 18:18-19 merujuk secara khusus kepada Isa Al-Masih, seorang berbangsa Yahudi, yang daripada bangsa mereka sendiri. Mustahil ayat ini merujuk kepada Muhammad kerana dia seorang berbangsa Arab dari keturunan Ismail.
Di dalam Injil, ada beberapa ayat di mana orang Yahudi memanggil Isa Al-Masih Nabi
Apabila Isa masuk ke Yerusalem, seluruh kota menjadi gempar. Orang bertanya, Siapakah dia?Dia Isa, nabi dari Nasaret di Galilea, jawab orang ramai yang mengiringi Isa Al-Masih. (Matius 21:11) Perkara-perkara yang berlaku kepada Isa, orang Nasaret itu, jawab mereka. Dia seorang nabi. Di sisi Allah dan pada pandangan semua orang. (Lukas 24:19) Apabila orang ramai melihat mukjizat yang dilakukan oleh Isa Al-Masih, mereka berkata, Sesungguhnya dia Nabi yang diharapkan datang ke dunia! (Yahya 6:14)Akhir kata, kenabian seseorang tidak hanya bergantung hanya kepada ramalan-ramalan tentang nabi itu tetapi atas sifat dan perbuatannya. Melalui perbuatan-perbuatannya yang ajaib, pengikut-pengikut Isa Al-Masih dapat lihat bahawa dia adalah nabi yang telah dinyatakan dalam Kitab Suci.
Bukankah perkataan Yunani Paracletos dalam Injil satu rujukan kepada Muhammad?
Di dalam petikan-petikan berikut, Isa Al-Masih berjanji untuk menghantar seorang Penghibur. Orang Muslim mengambil janji-janji ini sebagai ramalan Isa Al-Masih tentang kedatangan Muhammad.
Aku akan mohon kepada Bapa dan Bapa akan memberi Penolong lain, yang akan bersama-sama kamu selama-lamanya. (Yahya 14:16)
Aku akan mengutus Penolong yang berasal daripada Bapa kepada kamu. Dia Roh yang akan menunjukkan apa yang benar tentang Allah. Apabila dia datang, dia akan memberi kesaksian tentang aku. (Yahya 15:26)
Tetapi apa yang aku katakan kepada kamu benar: Untuk kebaikan kamu, lebih baik aku pergi. Jika aku tidak pergi, Penolong itu tidak akan datang kepada kamu. Tetapi jika aku pergi, aku akan mengutus dia kepada kamu. (Yahya 16:7)
Kesimpulan ini dibuat ialah kerana pakar-pakar agama Islam mengajar bahawa perkataan Yunani paracletos (yang diterjemahkan Penolong) sebenarnya satu pengubahsuaian perkataan Yunani periclytos. Paracletos bermaksud seorang pembela, pembantu atau penghibur atau secara literal orang yang dipanggil ke sisi untuk menolong. Menurut pakar-pakar agama Islam, perkataan periclytos yang apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Arab boleh diterjemahkan sebagai Ahmad, yang bermaksud Dia yang terpuji, iaitu nama untuk nabi Muhammad. Walaupun begitu, kalau senarai kata-kata Yunani diperiksa, kita akan dapati bahawa perkataan periclytos tidak pernah wujud dalam bahasa Yunani Perjanjian Baru! Perkataan ini sebenarnya satu pengubahsuaian perkataan Yunani kleos yang bermaksud mulia atau puji.
Jika kita membaca konteks Yahya 14:16, dengan cepat kita akan melihat bahawa Penolong yang disebut di sini ialah Roh kebenaran (ayat 17) atau Roh Kudus (ayat 26). Hal ini sama untuk Yahya 15:26 dan 16:7 apabila dibaca dalam konteksnya. Roh Kebenaran ini bukan satu manusia tetapi Roh yang dikirimkan oleh Isa Al-Masih melalui Allah setelah dia bangkit dari kematian. Seperti yang tertulis tentang Roh ini: Dia akan diam bersama kamu dan akan berada di dalam kamu (Yahya 14:17).
Orang Muslim percaya bahawa paracletos itu merujuk kepada Muhammad kerana tafsiran ayat berikut dari Al-Quran:
Ingatlah, ketika Isa anak Maryam berkata: hai Bani Israil, sesungguhnya aku rasul Allah kepadamu, serta membenarkan apa yang sebelumku, iaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan seorang rasul, yang akan datang kemudianku, namanya Ahmad (Muhammad). (Surah Ash-Shaf 61:6)
Petikan ini mengesahkan bahawa Isa Al-Masih ialah rasul kepada bani Israil yang mengesahkan Taurat Musa. Ini secara tidak langsung juga mengesahkan Isa Al-Masih sebagai nabi yang dijanjikan dalam Ulangan 18:18-19.
Rasul, yang bermaksud dia yang diutus dalam surah ini, menurut Injil Yahya bab 14 hingga 16, ialah Roh Allah dan bukan manusia bernama Muhammad. Yusuf Ali dalam huraiannya akan surah ini mengaku bahawa perkataan Yunani asal dalam Injil Yahya itu mungkin sekali paracletos dan bukan periclytos. Pandangan seorang pakar agama seperti Yusuf Ali menampilkan kelemahan teori periclytos yang diheboh-hebohkan selama ini.
Satu daripada kelemahan Islam ialah ketidakupayaannya menerima penyataan Allah dalam Roh Kudus. Allah dalam Islam hanya boleh menyatakan dirinya melalui orang tengah, sama ada malaikat atau nabi dan rasul. Kebanyakan pakar agama Islam mengajar bahawa Roh Kudus adalah malaikat Jibrail. Dalam kes paracletos mereka telah berusaha melarikan diri dari konteks asal dengan tujuan menjadikan ayat-ayat ini satu ramalan tentang kedatangan Muhammad. Apa yang dijanjikan dan dinubuatkan oleh hazrat Isa Al-Masih sebenarnya sesuatu yang jauh lebih mulia, iaitu kedatangan Roh Allah Sendiri yang suci dan murni.
Kini umat manusia di dunia ini, termasuk kita semua, telah mewarisi dua pusaka yang sangat berharga peninggalan beliau, yakni Alquran dan Al-Hadis, keduanya merupakan cerminan dari akhlak beliau yang patut diteladani oleh seluruh pengikutnya sampai akhir zaman. Jika kita tinggalkan, celakalah kita semua, sedang jika kita amalkan, selamatlah kita semua. Wallahu a'lam bishawab

Thursday, August 10, 2006

HITAM PUTIH

Kami kita
Angin kesejukan
Pembawa pembawa bencana

Riuh tenang
Badai gelombang
Mawar indah
Berduri tajam

Laksana sebatang aur
Tak kan patah
Walau seridu bayu menghadang

SECARA NYATA

MANUSIA BUKAN MAKLUK INDIVIDU
SECARA NYATA
Manusia melihat, mendengar, merasa, dan mencium untuk mengetahui keadaan lingkungan sekitarnya. Hal tresebut terjadi terus-menerus hingga pada suatu saat yang tidak mereka duga sama sekali. Apa mereka begitu yakin bahwa mereka memegang kendali sepenuhnya, terhadap tubuh mereka sendiri. Walau sehebat apapun manusia itu sendiri, pasti jawabannya tidak.
Hal ini mungkin jarag sekali dibahas atau tidak terlalu menarik untuk dibahas. Manusia umumnya lebih tertarik memikirkan dengan materi yang ada pada lingkungannya, tampa memperhitungkan bagaimana diri mereka sendiri. Apakah yang mereka lihat, dengar, rasa, kecap, dan cium itu nyata. Dan apa mereka bergerak atas kemauan sendiri.
Kemungkinan manusia dapat hidup lebih dari seratus tahun atau lebih, akan tetapi ada berbagai vaktor yang mengakibatkan hal itu mustahil terjadi. Bencana, penyakit, penuaan, dan lain-lain akan terus dijumpai manusia hingga mereka akhirnya tiada. Dari hal tersebut vaktor penuaan lah yang paling menarik, mulai dari rahim ibunya manusia terus tumbuh dan berkembang hingga batas usia tertentu beransur-ansur zat penting tubuh mulai berkurang seperti calsium, zink, dan unsur lainnya, hal ini ditandai dengan mulainya muncul kerutan pada kulit dan menyusutnya kepadatan tulang.
Dalam kehidupan banyak sekali kotak-kotak hitam yang sama sekali tak bisa dibuka oleh manusia. Salah satunya otak manusia itu sendiri, yang selalu berkerja tampa hentinya walaupun kita sedang tidur. Mulai dari lahir otak telah mulai menyesuaikan diri dengan alam sekitar. Segala informasi yang diperoleh dikumpulkan dengan rapi untuk kemudian digunakan untuk menjalankan tubuh manisia itu sendiri. Jadi kitalah yang dikendalikan oleh data-data yang di miliki otak, masih banggakah kita sebagai individual. Semua itu hanyalah semu belaka

Friday, January 13, 2006

The Democratic

We shall call a political system democratic when it allows the free formulatiaon of political preferences, through the use of basic freedoms of association, information and commonication, for the purpose of freecompetition. Between leanders to validate at regular interval by non-violent means their claim to rule, a democratic system does this without excluding any effetive political office from that competition of prohibiting any members of the political community from expressing ther preference by norms reguiring the use of force to enforce them.